Bapa Kasih Indonesia

Yesus vs Yosua: Kasih atau Bunuh?

Diposting Jul 05, 2025 oleh Adrian Ebens di dalam Karakter Tuhan
Diterjemahkan oleh Alvin Corwin
5 Hits

Kisah sulit di bawah ini dibahas dalam buku kecil: Cintai Musuhmu atau Bunuh Mereka? Ini adalah ringkasan singkat dari beberapa idenya, tetapi untuk info lebih lanjut silakan baca buku kecil tersebut.

Maka, ketika mereka membawa raja-raja itu kepada Yosua, Yosua memanggil semua orang Israel, dan berkata kepada para panglima perang yang pergi bersamanya, "Datanglah ke dekat, taruhlah kakimu di leher raja-raja ini." Dan mereka mendekat dan menaruh kaki mereka di leher mereka. Lalu Yosua berkata kepada mereka, "Jangan takut, jangan gentar; jadilah kuat dan teguh, karena beginilah akan dilakukan TUHAN kepada semua musuhmu yang kamu lawan." Dan kemudian Yosua membunuh mereka, dan menggantung mereka pada lima pohon; dan mereka tergantung di pohon-pohon itu sampai matahari terbenam. Yosua 10:24-26

Kemudian Yosua memukul mereka, dan membunuh mereka, dan menggantung mereka pada lima pohon; dan mereka tergantung di pohon-pohon itu sampai matahari terbenam. Maka pada waktu matahari terbenam, Yosua memberi perintah, lalu mereka menurunkan mayat-mayat itu dari pohon-pohon, lalu melemparkannya ke dalam gua tempat mereka bersembunyi, dan menutup mulut gua itu dengan batu-batu besar, yang masih ada sampai sekarang. Yosua 10:26-27

Pada hari itu Yosua merebut Makeda, lalu memukulnya dan rajanya dengan mata pedang. Ia menumpas mereka, yakni semua orang yang ada di dalamnya, tidak seorang pun dibiarkannya lolos. Demikianlah dilakukannya terhadap raja Makeda seperti yang dilakukannya terhadap raja Yerikho. Yosua 10:28

Peristiwa ini membentuk pemahaman orang Israel tentang karakter Allah. Para pemimpin mereka, sambil meletakkan kaki mereka di leher musuh-musuh mereka, menyatakan dengan pasti, "Beginilah yang akan dilakukan Allah kita terhadap musuh-musuh kita!" Tetapi apakah mereka benar-benar memahami karakter Allah yang sejati? Apakah ini gambaran yang akurat tentang keadilan Allah, atau apakah mereka menafsirkan kemenangan melalui sudut pandang manusia mereka sendiri?

Cara kita memandang Allah memengaruhi cara kita memperlakukan orang lain. Jika kita menganggap Tuhan sedang marah dan siap menghancurkan musuh-musuh-Nya, kita akan bertindak dengan cara yang sama. Jika kita percaya bahwa Tuhan itu baik dan pemaaf, kita juga akan menunjukkan kebaikan.

Dalam Perjanjian Lama, orang Israel sering melihat Tuhan sebagai hakim yang tegas yang menghukum mereka yang tidak menaati-Nya. Mereka mengira Dia ingin mereka memusnahkan musuh-musuh mereka. Namun, ketika Yesus datang, Dia menunjukkan gambaran yang sama sekali berbeda tentang Tuhan—gambaran tentang kasih, belas kasihan, dan pengampunan. (Untuk informasi lebih lanjut, lihat buku The Two Mirrors)

Belas kasihan Tuhan sudah ada di Perjanjian Lama, tetapi terselubung karena ketidakpercayaan manusia dan kebutuhan untuk bekerja dengan pemahaman manusia tentang keadilan. Tuhan mencoba memberi lebih banyak terang, tetapi hanya ketika Yesus datang, kita bisa mendapatkan gambaran lengkap tentang seperti apa Bapa itu. (Misi Kristus kepada Dunia dan Menyingkirkan Tabir)

Orang Israel takut kepada Tuhan. Ketika Tuhan berbicara kepada mereka dari Gunung Sinai, mereka sangat takut sehingga mereka berkata kepada Musa, "Jangan biarkan Tuhan berbicara kepada kami, atau kami akan mati" (Keluaran 20:19). Mereka percaya bahwa Tuhan itu jauh dan siap menghukum mereka.

Ketakutan ini semakin kuat ketika mereka menghadapi tantangan. Ketika mereka tiba di Tanah Perjanjian dan melihat betapa kuatnya musuh-musuh mereka, mereka berseru, "Mengapakah Tuhan membawa kita ke negeri ini hanya untuk membiarkan kita tewas oleh pedang?" (Bilangan 14:3). Meskipun Tuhan telah berjanji untuk melindungi mereka, mereka percaya bahwa Dia ingin menyakiti mereka. Ketakutan mereka membuat mereka salah memahami karakter Tuhan yang sebenarnya.

Karena orang Israel percaya bahwa Tuhan itu keras, mereka memperlakukan orang lain dengan cara yang sama. Ketika mereka memasuki Kanaan, Yosua memimpin mereka ke medan perang, menghancurkan seluruh kota (Yosua 6:21, Yosua 10:40). Mereka pikir inilah yang diinginkan Tuhan.

Dalam 1 Samuel 15:3, Tuhan memerintahkan Saul untuk menghancurkan orang Amalek sepenuhnya. Orang Israel percaya bahwa musuh-musuh mereka tidak memiliki harapan akan belas kasihan. Mereka pikir Tuhan hanya menginginkan keadilan dan hukuman, bukan pengampunan. Namun kemudian dalam Alkitab, Tuhan berkata, "Aku menginginkan belas kasihan, bukan korban" (Hosea 6:6). Ini menunjukkan bahwa orang Israel tidak sepenuhnya memahami hati Tuhan. (Kisah sulit ini dibahas dalam Keadilan Alamiah dan Pendaiamaian serta Musa dan Pembantaian Orang Midian)

Yesus datang untuk menyingkapkan siapa Tuhan sebenarnya. Alih-alih menghancurkan musuh-musuh-Nya, Dia justru mengasihi mereka. Dia mengajarkan, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Matius 5:44). Ini sama sekali berbeda dari cara Yosua dan orang Israel memperlakukan musuh-musuh mereka.

Bahkan ketika Yesus menderita di kayu salib, Dia tidak meminta Tuhan untuk menghancurkan mereka yang menyakiti-Nya. Sebaliknya, Dia berdoa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34). Yesus menunjukkan bahwa Tuhan tidak ingin menaklukkan dan menghancurkan manusia—Dia ingin menyelamatkan mereka.

Pandangan orang Israel tentang Tuhan dibentuk oleh rasa takut mereka. Mereka mengira Dia ingin menghukum mereka, jadi mereka menghukum orang lain. Namun, Yesus datang untuk mengoreksi kesalahpahaman ini. Ia menunjukkan bahwa Allah penuh kasih dan ingin semua orang bertobat dan diselamatkan (2 Petrus 3:9).

Hari ini, kita harus bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita masih melihat Allah seperti Yosua, sebagai pejuang yang menghancurkan musuh-musuh-Nya? Atau apakah kita melihat-Nya sebagai Yesus yang dinyatakan—Bapa yang penuh kasih yang mengampuni dan menyembuhkan?

Jika kita percaya bahwa Tuhan itu keras dan penuh amarah, kita akan menghakimi dan mengutuk orang lain. Namun, jika kita percaya bahwa Tuhan itu penuh kasih dan penyayang, kita akan menunjukkan kasih dan belas kasihan yang sama kepada orang-orang di sekitar kita. (Lihat juga Prinsip Cermin)

Pandangan Tuhan yang mana yang kita pilih?