Bapa Kasih Indonesia

Mencari Tuhan

Diposting Mei 23, 2025 oleh Alvin Corwin di dalam Kesaksian
19 Hits

Suatu saat di masa remaja saya, tibalah sebuah keluarga yang cukup dekat dengan orangtua saya. Mereka mengunjungi ke rumah kami, dan membagikan suatu pelajaran, dan memberikan beberapa DVD yang berisi video-video pelajaran. Kami (saya, kembaran saya, dan orang tua saya) menonton cukup banyak dari pelajaran-pelajaran tersebut. 

Sebagai seorang remaja saya amat bergairah untuk segera membagikan apa yang saya tau, bukan hanya berhenti disitu, saya pun bersemangat untuk menarik teman-teman saya agar mempelajari hal yang sama. Disaat yang bersamaan nilai saya untuk condemn atau mengecam orang lain semakin meningkat. Saya merasa sebagai seorang yang lebih mengetahui kebenaran, amat senang untuk mementung orang-orang lain, dan mengembangkan dalam diri saya sikap ketegasan yang amat strict (serius).

Suatu saat ketika saya sudah menjalani kehidupan seperti ini, saya pernah suatu siang bermimpi, melihat Yesus dalam kesuciaan-Nya yang tiada bandingannya. Saya merasa amat berdosa dihadapanNya, tangisan berderai air mata begitu deras dari air mata saya, saya menangisi betapa kotornya, hinanya, berdosanya saya dibandingkan kesucian kehidupan Yesus yang tiada bernoda. Saya merasa tidak berdaya, tidak layak, namun dalam kesucian-Nya yang tak ternoda, kasih-Nya pun begitu besar menyambut saya dalam kebusukan saya. Saya mengalami ini ketika saya masih remaja. Orang tua saya berkali-kali memanggil saya, tapi saya tidak hiraukan, begitu besar kesan kesucian dan kasihnya disandingkan dengan kejahatan, pelanggaran yang sudah lakukan kepada-Nya. Ini suatu pengalaman mimpi yang mustahil saya lupakan dalam perjalanan rohani saya. 

Saya menjalani hidup saya dengan keadaan seadanya, saya harus segera bekerja, dengan keadaan ekonomi yang tidak baik dari keluarga, saya selalu mendapatkan beasiswa untuk bisa bersekolah di sekolah yang saya inginkan, saya senang belajar tentang dunia komputer sejak kecil. 

Dan sementara itu saya jalani, saya pun ikut bergabung dengan grup yang membagikan saya DVD, seperti yang saya utarakan sebelumnya, sebagai seorang remaja, darah remaja saya begitu bergairah saya mendengar pekabaran ini, seolah saya hanya ingin fokus ke surga, dan meninggalkan semua mimpi-mimpi besar saya sejak kecil. Perlahan semuanya saya lepaskan, saya menjadi tidak begitu tergila-gila untuk mengejar keinginan saya, yang sebenarnya pada dasarnya hanyalah ingin membahagiakan orang tua saya, terutama mama saya. Saya tau saya bisa, tapi saya pendam semua itu, demi yang katanya disebut surga.

Lalu mama saya meninggal, setelah saya bekerja kurang lebih 2 tahun, ibu saya adalah tulang punggung keluarga dan belum ada di keluarga saya yang dapat menggantikannya. Pekerjaan saya saat itu sebenarnya cukup baik walaupun sudah begitu banyak yang saya tahan atau pendamkan. Jadi saya sadar, saya harus bekerja untuk membantu keluarga saya. Singkatnya, Sementara karir saya meningkat, saya merasa diyakinkan untuk bergabung dengan kegiatan dari grup ini yang dilakukan setiap hari, yaitu belajar Alkitab dan Roh Nubuat. Akhirnya saya putuskan untuk berhenti bekerja, dengan doa yang amat sungguh-sungguh saya layangkan, "Tuhan saya mau serius belajar, saya mau meninggalkan pekerjaan saya ini". Saya berterimakasih karena Tuhan telah memberikan saya kesempatan untuk merasakan berkat yang cukup, selama saya bekerja, dan saya pikir sekaranglah waktunya.

Hari demi hari saya lewati, dengan berbagai pelajaran-pelajaran barunya, dengan berbagai teknik-teknik belajarnya, dan assesment yang dibutuhkan untuk memastikan pengertian kami benar, melalui berbagai jenis ujian. Melewatinya dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan, yang bukan lebih ke pelajarannya, tapi pada karakter-karakter nyata dalam hidup yang saya perhatikan di sekeliling saya. Dengan perlahan pikiran saya berkembang cukup cepat, saya mulai mempelajari berbagai hal-hal rohani sendirian. Puji Tuhan saya diberikan roh yang suka menjelajahi dunia walaupun hanya melalui media internet, saya menelisik ke berbagai ministryvideo-video, artikel-artikel. Dan saya betul-betul mempelajarinya. Saya selalu diajarkan oleh orangtua saya untuk memiliki pikiran yang seimbang, tidak berpihak pada siapapun, hingga akhirnya saya bisa diyakinkan sendiri.

Saya perlu sampaikan, ketika semenjak remaja saya mengikuti grup ini, kedua orang tua saya tidak menemani kami (saya dan kembaran saya), bapa saya hanya menemani sementara waktu, ketika ada suatu kasus yang dia alami dengan sang pemimpin, ayah saya sudah yakin, ada persoalan, sehingga dia memilih meninggalkan grup ini. Memang saya dan orangtua saya memiliki umur yang jauh, setelah sekian lama lah baru saya sadari apa yang dia liat adalah benar. Namun bapa saya memberikan saya kebebasan untuk saya merasakan, dan bukan hanya merasakan, namun juga menjalani kehidupan berdasarkan pilihan saya sendiri, bahkan ketika saya seharusnya masih perlu dibimbing.

Rasa syukur saya memiliki kebebasan itu amat saya hargai, itu juga yang membuat saya diyakinkan untuk bisa melihat segala sesuatunya berdasarkan penilaian pertimbangan pribadi saya. Hasil pembelajaran pribadi yang saya cukup berani katakan, tidak ter-intervensi oleh siapapun. Disinilah, ketika saya mulai memutuskan untuk melakukan pembelajaran sendiri, saya melihat begitu luasnya dunia yang saya tidak pernah jangkau. Saya begitu tergila-gila dengan tulisan para pioneer Advent, yang saya mulai dari Waggoner dan Jones. Aku baca sebisa saya sejarah kehidupan mereka, dan juga tulisan-tulisanya yang begitu amat mengagumkan bagi saya, hingga saya bilang, "Luar biasa indahnya firman-Mu Tuhan, keindahan cara-Mu bekerja, dan merancangkan keselamatan". 

Dari situ saya pun beranjak untuk mempelajari beberapa penulis setelah mereka, di era modern, seperti F.T.Wright. Tulisannya pun amat mencengangkan bagi saya untuk yang tidak pernah mendengarkan hal-hal tersebut. Disitu saya diperdalam tentang apa artinya dosa, "Dosa bukanlah hanya tentang apa yang kamu perbuat, dosa adalah mengenai apa kamu". Disitu titik mulai paling jelas bagi saya tentang perjalan spiritual saya, dosa, benda abstrak yang dari dulu disebut-sebut, akhirnya mulai jelas nampak bagi saya setelah membaca tulisannya. Saya bisa melihat betapa dosa adalah penguasa/tuan/master yang selalu mengatur saya, menyetir saya untuk selalu berdosa. Disana saya rasakan, betapa beratnya kasus dosa ini bagi manusia.

Ini sesudah saya mengalami sekitar hampir 2 tahun pengalaman setiap hari, pagi, siang, malam belajar dengan grup yang dari remaja saya ikuti ini. Disaat saya mempelajari sendiri itu umur saya sudah cukup dewasa untuk bisa mempertimbangkan berbagai hal secara independent bukan dibayangi-bayangi opini orang yang kita segani atau takuti sebagai pemimipin. Sehingga resikonya saya harus mulai meninggalkan acara pembelajaran tersebut karena selain saya mulai amat senang dengan pembelajaran saya pribadi, saya pun sudah mulai melihat beberapa kekeliruan dalam kehidupan karakter sekitar saya. Oh iya, saya perlu ingatkan, bahwa ketika saya mempelajari sendiri, disitulah saya baru timbul kesukaan saya untuk jauh lebih ingin melihat kebenaran sebagai suatu kehidupan yang praktikal, bukan teoritis. Saya sudah dititik muak, mual dengan teori yang tidak membawa saya dalam perubahan.

Bagian 2